“SENYAWA BORON HIDRIDA DAN
TURUNANNYA”
Senyawa hidrida adalah senyawa biner dari
hidrogen yang terbentuk dari ion negatif hidrogen (H-). Hidrida
biner dikelompokkan kedalam empat (4) golongan berdasarkan posisi unsurnya
dalam tabel periodik dan karekteristik ikatannya yaitu hidrida salin (ionik),
hidrida molekuler (kovalen), hirida interstisi (metalik), dan hidrida
peralihan. Namun terdapat juga senyawa hidrida yang tidak membentuk senyawa
biner yaitu senyawa kompleks hidrida molekuler yang dikoordinasikan oleh ligan
penstabil, seperti karbonil (CO), fosfin tersier (PR3 ), atau siklopentadienil (C5H5).
Penggolongan
Hidrida Biner :
a)
Hidrida Salin (Ionik)
Hidrida salin adalah senyawa hidrida yan terbentuk dari
logam-logam yang sangat elektropositif yaitu golongan IA dan IIA atau dengan
logam-logam di blok s (kecuali Be dan Mg). Hidrogen bereaksi
dan bertindak sebagai aceptor elektron membentuk ion H- (biloks H = -1). Hidrida-hidrida
ionik merupakan zat padat yang tidak berwarna (putih), sukar menguap, dan
membentuk kisi ionik seperti garam atau kristal yang berbentuk kubus, atas
dasar inilah hidrida ini dikatakan hidrida salin. Hidrida ini juga membentuk
ikatan berupa ikatan ionik. Dalam keadaan lebur terurai secara perlahan.
Elektrolisis leburannya menghasilkan logam dan gas H2.
Li+ +
e → Li dan 2H- → H2
+ 2e
Reaksi hidrida ionik dengan air membentuk basa OH- dan gas H2, dengan amoniak
membentuk amida NH2- dan
gas H2, dengan CO2 membentuk
formiat HCOO-, sedangkan dengan CO membentuk formiat dan karbon.
Contoh : LiH (Litium Hidrida), CaH2 (Kalsium Hidrida), LiAlH4 (Litium Tetrahidridaaluminat), NaBH4
(Natrium Tetrahidroborat).
b)
Hidrida Molekuler (Kovalen)
Hidrogen membentuk senyawa hidrida kovalen dengan unsur-unsur
nonlogam dan dengan logam elekropositif rendah pada golongan IVA, VA, VIA, dan
VIIA atau dengan unsur blok p golongan 13-17 (kecuali Al, Bi dan Po)
yang berikatan secara kovalen.
Molekul-molekul hidrida kovalen terikat dengan gaya van der
waals lemah, oleh karena itu senyawa ini biasanya berupa gas, cairan, atau
padatan dengan titik leleh dan titik didih rendah. Ke stabilan hidrida kovalen
berkurang dari atas ke bawah dalam satu golongan.contoh : kestabilan NH3 > PH3 > AsH3 > SbH3 > BiH3. Adapun contoh
lain dari senyawa hidrida molekuler adalah CH4, H2O, HF,
B2H6,SiH4, dan H2S.
c)
Hidrida Interstisi (Metalik)
Hidrida dengan logam-logam transisi blok d (kecuali Cr, Ni dan Pb) membentuk
senyawa hidrida yang bersifat non-soikiometrik dan berikatan logam. Atom
hidrogen yang sangat kecil dapat menembus rongga atau interstisi antara atom
dalam kisi logam tanpa merusak struktur kristal logam semula. Jika hidrogen
melarut dalam logam, sifat logam dapat berubah. Peristiwa ini disebut dengan
penggetasan hidrogen.
Hidrida ini memiliki rumus umum MHx dimana x bukan bilangan
bulat. Contoh senyawa dengan formula TiH1,9. Sifat senyawa ini
sangat kompleks yang disusun oleh (Ti4+)(H-)1,9(e-)2,1.
Adanya elektron bebas inilah yang di duga memberikan sifat metalik dan tinginya
hantaran jenis listrik senyawa yang bersangkutan. Sebagian jenis hidrida ini
juga dapat dipreparasi melalui pemanasan logam dengan hidrogen dibawah tekanan
tinggi.
Paladium Pd bereaksi dengan gas hidrogen pada suhu kamar, dan
membentuk hidrida yang mempunyai komposisi PdHx (x < 1). Banyak hidrida
logam yang menunjukkan sifat hantaran logam. LaNi5 adalah senyawa paduan antara
lantanum dan nikel, yang dapat menampung sampai 6 atom hidrogen atoms per sel
satuan dan berubah menjadi LaNi5H6. Paduan ini menjadi salah satu kandidat
untuk digunakan sebagai bahan penyimpan hidrogen untuk pengembangan mobil
berbahan hidrogen.
d)
Hidrida Peralihan
Logam Be, Mg, B, Al dan logam-logam transisi tertentu
membentuk hidrida peralihan antara hidrida ionik dengan hidrida kovalen, tidak
mudah menguap dan relatif tidak stabil. Termasuk dalam kelompok ini adalah BeH2,
MgH2, BH3,
AlH3, ZnH2, CdH2, HgH2, dan CuH.
(Sumber : Buku Ajar Kimia Anorganik 1, Mukhtar
Haris. Hal 28 – 30)
B. Senyawa Boron Hidrida dan Turunannya
Boron adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang B dan nomor atom 5. Elemen metaloid trivalen, boron banyak terdapat
pada batu borax. Ada dua alotrop batu boron; boron amorfus adalah serbuk coklat
tetapi boron metalik berwarna hitam. Bentuk metaliknya keras (9,3 Moh) dan
konduktor yang buruk dalam suhu ruang. Tidak pernah ditemukan bebas di alam dan
bersifat nonmagnetik. Unsur yang berstruktur rhombohedral ini memiliki massa
jenis pada suhu kamar 2,34 g/cm3 dengan
titik didih (4200K) dan titik leleh (2349 K) yang tinggi. Sel satuan kristal
boron mengandung 12, 50, atau 105 atom boron, dan satuan struktural ikosahedral
B12 terikat satu sama
lain dengan ikatan 2 pusat 2 elektron (2c-2e) dan 3 pusat 2 elektron (3c-2e)
(ikatan tuna elektron) antar atom boron. Boron bersifat sangat keras dan
menunjukkan sifat semikonduktor.
Struktur Kristal boron dengan sel satuan
ikosahedral
Kimia boran (boron hidrida) dimulai dengan
riset oleh A. Stock yang dilaporkan pada periode 1912-1936. Walaupun boron
terletak sebelum karbon dalam sistem periodik, hidrida boron sangat berbeda
dari hidrokarbon. Struktur boron hidrida khususnya sangat tidak sesuai dengan
harapan dan hanya dapat dijelaskan dengan konsep baru dalam ikatan kimia. Untuk
kontribusinya dalam kimia anorganik boron hidrida, W. N. Lipscomb mendapatkan
hadiah Nobel Kimia tahun 1976. Hadiah Nobel lain (1979) dianugerahkan ke H. C.
Brown untuk penemuan dan pengembangan reaksi dalam sintesis yang disebut
hidroborasi.
Karena berbagai
kesukaran sehubungan dengan titik didih boran yang rendah, dan juga karena
aktivitas, toksisitas, dan kesensitifannya pada udara, Stock mengembangkan metoda
eksperimen baru untuk menangani senyawa ini dalam vakum. Dengan menggunakan
teknik ini, ia mempreparasi enam boran B2H6 (diboran), B4H10 (Aracno-tetraboran(10)),
B5H9 (Nido-pentaboran(10)),
B5H11 (Aracno-pentaboran(11)),
B6H10 (Nido-heksaboran(10)),
dan B10H14 (Nido-dekaboran(14)) melalui reaksi magnesium bromide,
MgB2, dengan asam anorganik dan menentukan komposisinya. Namun, riset lanjutan ternyata diperlukan untuk menentukan
strukturnya. Kini, metoda sintesis yang awalnya digunakan Stock menggunakan MgB2 sebagai
pereaksi hanya digunakan untuk mempreparasi B6H10. Karena reagen seperti litium tetrahidroborat,
LiBH4, dan natrium tetrahidroborat, NaBH4, kini mudah didapat, dan diboran, B2H6, yang
dipreparasi dengan reaksi 3LiBH4 + 4 BF3.OEt2 → 2 B2H6 + 3 LiBF4 + 4 Et2O, juga mudah
didapat, boran yang lebih tinggi disintesis dengan pirolisis diboran.
Hidrida boran yang
paling sederhana adalah diboran (B2H6). Walaupun
eksistansi BH3 dikenal
dalam fasa gas, namun keberadaannya bersifat tidak stabil dan cenderung menjadi
dimer membentuk diboran (B2H6) yang lebih stabil. Diboran
memiliki sifat fisik dan kimia sebagai berikut :
1.
Sifat-Sifat Fisik
ü Gas beracun dengan bau iritatif yang khas.
ü Gas tak berwarna
ü Titik didih -92,6oC
ü Titik leleh -1649oC
ü Entalpi pembentukan kecil +36 kj/mol
2.
Sifat-Sifat Kimia
ü Diboran bersifat reaktif karena dikelilingi oleh 6 elektron
valensi sehingga untuk mengikuti aturan oktet ia berbagi elektron dengan ikatan
B-H atom biasa lainnya membentuk ikatan 3c-3e B-H-B.
ü Diboran mempunyai harga ΔfHo positif yang kecil (+36 kj/mol). Bila
bercampur dengan udara atau O2 dapat
menyebabkan kebakaran atau ledakan.
B2H6 +
3O2 → B2O3 + 3H2O ΔfHo = -2138 kj/mol
ü Diboran bereaksi dengan halogen membentuk boron halida, namun
reaksi ini bersifat elektropositif dengan klorin sedangkan dengan bromin
bereaksi dengan lambat.
ü Hidrida logam alkali bereaksi dengan B2H6 membentuk logam borohidrida.
B2H6 +
2NaH → 2NaBH4
ü Diboron bereaksi dengan air akan terhidrolisis menjadi asm borat
dan gas hidrogen.
B2H6 +
6H2O → 2H3BO3 +
6H2
ü Diboran beraksi dengan alkana membentuk alkil boran.
ü Diboran bereaksi dengan senyawa aromatik membentuk aril boran.
ü Diboran diperolah secara kuantitatif jika direaksikan dengan natrium
boronhidrida dan BF3.
3.
Cara Pembuatan
Metode dalam produksi senyawa diboran hidrida
sebagian preparasinya melibatkan reaksi antara boron hidrida dengan boron
halida ataun alkoksida.
ü Dalam skala industri sintesisnya melibatkan reaksi dari BF3 dan NaH
2BF3 +
6NaH → B2H6 +
6NaF
ü Dalam skala laboratorium ada dua metode untuk mensintesis
diboran. Pertama reaksi antara boron triklorida dengan litium alumuniumhidrida.
4BCl3 +
3LiAlH4 → 2B2H6 + 3 LiAlCl4
Dan yang kedua dari boron triflourida dalam larutan dengan
sodium borohidrida.
4 BF3 +
3NaBH4 → 2B2H6 + 3NaBF4
Kedua reaksi tersebut menghasilkan hampir 30% diboran. Oksidasi
dari boron hidrida telah dilakukan dalam preparasi skala kecil :
2NaBH4 +
I2 → 2NaI + B2H6 + H2
Mg3B2 +
6H2O → 3Mg(OH)2 +
B2H6
(Sumber : Buku Teks Kimia Anorganik
Online, Ismunandar. Hal 59 – 60 dan Buku Ajar Kimia Anorganik, Caterine. Bab
5.1.3)
4.
Jenis Ikatan
Teori baru diusulkan untuk menjelaskan ikatan
dalam diboran, B2H6. Walaupun
struktur yang hampir benar, yakni yang mengandung jembatan hidrogen, telah
diusulkan tahun 1912, banyak kimiawan lebih suka struktur mirip etana, H3B-BH3, dengan
mengambil analoginya dengan hidrokarbon. Namun, H. C. Longuet-Higgins
mengusulkan konsep ikatan tuna elektron 3-pusat 2-elektron 3-center 2-bond (ikatan 3c-2e bond) dan bahwa
strukturnya memang benar seperti dibuktikan dengan difraksi elektron tahun 1951
Ikatan yang terdapat pada struktur diboran (B2H6)
adalah ikatan tuna elektron. Ikatan tuna elektron disebut juga dengan ikatan
3-pusat-2-elektron yang merupakan sejenis ikatan kimia yang kurang elektron,
dimana 3 atom saling berbagi 2 elektron. Kombinasi 3 orbital atom membentuk
satu orbital ikat, satu orbital anti ikat dan satu orbital non ikat. Dua
elektron berada pada orbital ikat menghasilkan efek ikatan secara keseluruhan
dan merupakan ikatan kimia yang mengikat tiga atom tersebut. Ikatan tuna
elektron yang ada pada struktur senyawa diboran yaitu B-H-B dapat terjadi
dimulai dengan dua satuan BH2, terdapat ikatan-ikatan B:H biasa yang
terbentuk oleh orbital-orbital hibrida sp3 pada atom B. Bila kedua satuan BH2 dipertemukan maka akan membentuk set
atom-atom H2B . . . BH2 koplanar,
orbital –orbital hibrida sp3 lainnya pada setiap atom B mengarah ke
sesamanya, yang membentuk orbital non ikatan yang merupakan orbital yang tidak
memiliki tanda dari dua orbital sp3 yang tidak sefase sehingga tidak dapat
menghasilkan pertindihan dengan atom H orbital 1s manapun. Kemudian kedua atom
H yang tersisa akan masuk kedalam sela-sela orbital non ikatan yang membentuk
orbital anti ikatan yang merupakan orbital yang memiliki simpul antara setiap
pasang atom yang berdekatan. Sehingga kedua atom H pada orbital 1s akan
bertindih dengan dua orbital sp3 atom B yang membentuk orbital iakatan
B-H-B.
(Sumber : Kimia Anorganik Dasar, Cotton dan Wilkinson. Hal
91-92)
Struktur ini juga telah dielusidasi dengan difraksi elektron, analisis
struktur kristal tunggal sinar-X, spektroskopi inframerah, dsb, dan memang
boran terbukti mengandung ikatan 3c-2e B-H-B dan B-B-B.
Selain
ikatan kovalen biasa 2c-2e B-H dan B-B. Struktur semacam ini dapat ditangani
dengan sangat memuaskan dengan teori orbital molekul. Boran diklasifikasikan
menjadi closo, nido, arachno, dsb. sesuai dengan struktur
kerangka atom boron.
Tidak hanya diboran, boran yang lebih tinggi juga merupakan
senyawa yang tuna elektron yang sukar dijelaskan dengan struktur Lewis yang
berbasiskan ikatan kovalen 2c -2e.
K. Wade merangkumkan hubungan jumlah elektron yang digunakan
untuk ikatan kerangka dan struktur boran dan mengusulkan aturan empiris yang
disebut aturan Wade. Menurut aturan ini, bila jumlah atom boron n, jumlah
elektron valensi kerangkanya 2(n+1) didapatkan jenis closo, 2(n+2) untuk jenis
nido, dan 2(n+3) untuk jenis arachno. Hubungan antara struktur kerangka
dan jumlah elektron valensi adalah masalah penting dalam senyawa kluster logam
transisi, dan aturan Wade telah memainkan peranan yang signifikan dalam
memajukan pengetahuan di bidang struktur senyawa kluster ini.
1.
Penentuan Struktur Boron berdasarkan Metode
Semitopologi
Ikatan tuna elektron yang memiliki
3-pusat-2-elektron dari seyawa diboran dapat diketahui berdasarkan metode
semitopologi yang dicetuskan lipscomb. Berikut merupakan penentuan struktur
berdasarkan metode semitopologi Lipscomb.
Rumus umum: [BbHh]q
1.
Jumlah total e- valensi harus 2 kali jumlah ikatan
2c-2e dan 3c-2e. Jika α, β, dan q masing-masing adalah 2c-2e, 3c-2e, dan muatan
molekul, maka berlaku :
α + β = 1/2 (3b +
h - q)
2.
Setiap atom boron harus
menggunakan 4 orbital dan memenuhi kaidah oktet.
2α + 3β = 4b + h
3.
Semua struktur dan ikatan
harus konsisten dari fakta empirik (hasil percobaan)
α = 1/2 (b + h – 3q)
β = b + q
a)
Penentuan Struktur B2H6
Diketahui : b = 2
h = 6
q = 0
Maka,
α =1/2 (b + h – 3q) β = b + q
= 1/2 (2 + 6 – 3.0) = 2 + 0
= 4
(ikatan 2c-2e) = 2 (ikatan 3c
Struktur diboron
B2H6 memiliki jenis ikatan berupa ikatan
3-pusat 2-elektron (3c-2e) yang disebut juga sebagai ikatan tuna elektron yang
merupakan sejenis ikatan kimia kurang elektron, dimana tiga atom saling berbagi
dua elektron. Kombinasi tiga orbital atom membentuk satu orbital ikat, satu
orbital anti ikat, dan satu orbital non ikat. Dimana dalam hal ini, boron
dikelilingi oleh enam elektron valensi sehingga membentuk oktet dan berbagi
elektron dengan ikatan B-H atom boron lainnya membentuk ikatan 3-pusat
2-elektron B-H-B, dengan dua atom H menjembatani dua atom B dengan sisa dua
atom H merupakan ikatan B-H biasa. Struktur senyawa diboran ini memiliki 4 α
(ikatan 2c-2e) dan 2 β (ikatan 3c-2e).
a)
Penentuan Struktur B6H62-
Diketahui : b = 6
h = 6
q = -2
Maka, α = 1/2(b + h – 3q) β = b + q
= 1/2(6 + 6 – 3.(-2)) = 6 + (-2)
= 9 (ikatan
2c-2e) = 4 (ikatan 3c-2e)
Struktur closa-boran [B6H62-]
B6H62- memiliki struktur closo-boran dengan rumus umum [BnHn]2-,
dimana struktur ini merupakan struktur polihedral tutup dan tidak mengandung
ikatan B-H-B. Struktur closo-boran B6H62- ini memiliki 9 α (ikatan 2c-2e)
dan 4 β (ikatan 3c-2e).
a)
Penentuan Struktur B5H9
Diketahui : b = 5
h = 9
q = 0
Maka, α = 1/2 (b + h – 3q) β = b + q
= 1/2(5 + 9 – 3.0) = 5 + 0
= 7 (ikatan
2c-2e) = 5 (ikatan 3c-2e)
Struktur nido-boran
[B5H9]
B5H9 memiliki struktur nido-boran dengan rumus umum [BnHn+4],
dimana struktur ini membentuk ikatan B-B, B-B-B, dan B-H-B, dan kehilangan sudut
poliheral closo-boran.
Struktur nido-boran B5H9ini
memiliki 7 α (ikatan 2c-2e) dan 5 β (ikatan 3c-2e).
b) Penentuan
Struktur B4H10
Diketahui : b = 4
h = 10
q = 0
Maka, α = 1/2(b + h – 3q) β = b + q
= 1/2(4 + 10 – 3.0) = 4+ 0
= 7 (ikatan
2c-2e) = 4 (ikatan 3c-2e)
Struktur arachno-boran [B4H10]
B4H10 memiliki struktur arachno-boran dengan rumus umum [BnHn+6],
dimana struktur ini kehilangan dua sudut dari tipe closo-boran dan membentuk struktur yang lebih
terbuka yang dibangun oleh ikatan B-B, B-B-B, dan B-H-B. Struktur arachno-boran B4H10 ini memiliki 7 α (ikatan 2c-2e)
dan 4 β (ikatan 3c-2e).
c) Penentuan
Struktur B12H122-
Diketahui : b = 12
h = 12
q = -2
Maka, α = 1/2(b + h – 3q) β = b + q
= 1/2(12 + 12 – 3.(-2)) = 12+ (-2)
= 15 (ikatan
2c-2e) = 10 (ikatan 3c-2e)
Struktur closo-boran
[B12H122-]
B12H122- memiliki struktur closo-boran dengan rumus umum [BnHn]2-,
dimana struktur ini merupakan struktur polihedral tutup dan tidak mengandung
ikatan B-H-B. Struktur closo-boranB12H122- ini memiliki 15 α (ikatan 2c-2e)
dan 10 β (ikatan 3c-2e).
A. Referensi
http://sulpahmiami.blogspot.com/2013/07/senyawa-boron-hidrida.html, diakses, selasa 09
Juli 2013
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-anorganik-universitas/kimia-unsur-non-logam/boron-2/, diakses, selasa 09
Juli 2013
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Makasih Udah Kunjungi Blog Saya :)
"Smoga Postting ini Bermanfaat"