LC dan LD Bahan Kimia ( Hubungan dan Ambang
Batas )
Sifat
spesifik dan efek suatu paparan secara bersama-sama akan membentuk suatu
hubungan yang lazim disebut sebagai hubungan dosis-respon. Hubungan dosis-respon
tersebut merupakan konsep dasar dari toksikologi untuk mempelajari bahan
toksik. Penggunaan hubungan dosis-respon dalam toksikologi harus memperhatikan
beberapa asumsidasar. Asumsi dasar tersebut adalah: Respon bergantung pada cara
masuk bahan dan respon berhubungan dengan dosis. Adanya molekul atau
reseptor pada tempat bersama bahan kimia berinteraksi dan menghasilkan suatu
respon. Respon yang dihasilkan dan tingkat respon berhubungan dengan kadar agen
pada daerah yang reaktif. Kadar pada tempat tersebut berhubungan dengan
dosis yang masuk. Dari asumsi tersebut dapat digambarkan suatu grafik atau
kurva hubungan dosis-respon yang memberikan asumsi:
(1) respon merupakan fungsi kadar pada tempat
tersebut
(2) kadar pada tempat tersebut merupakan fungsi dari
dosis
(3) dosis dan respon merupakan hubungan kausalPada
kurva dosis-respon nampak informasi beberapa hubungan antara jumlah zat
kimiasebagai dosis, organisme yang mendapat perlakuan dan setiap efek yang
disebabkan oleh dosistersebut.
a. Hubungan
Dosis-Respon (Dose Response Relationship)
Penyelidikan
hubungan antara dosis atau konsentrasi dan kerja suatu bahan kimia dapat dilakukan
dengan dua cara:
1. menguji frekuensi efek yang timbul
pada satu kelompok objek percobaan dengan mengubah-ubah dosis (hubungan
dosis-reaksi = dose-respons relationship)
2. mengubah-ubah dosis, kemudian
mengukur intensitas kerja pada satu objek percobaan
(hubungandosis-kerja=dose-effect relationship).
Pada
cara yang pertama, jumlah objek percobaan yang menunjukkan efek tertentu akan
bertambah sampai maksimum, sedangkan pada cara yang kedua, intensitas efek yang
bertambah. Perilaku efek suatu bahan kimia digambarkan sebagai peningkatan
dosis akan meningkatkan efek sampai efek maksimal tercapai.
Hubungan
dosis-respon biasanya berciri kuantitatif dan hal tersebut yang membedakan
dengan paparan di alam dimana kita hanya mendapatkan kemungkinan perkiraan
dosis. Suatu respon dari adanya paparan dapat berupa respon-respon yang
mematikan (lethal response) dan respon yang tidak mematikan (non-lethal
response). Bahan kimia dengan tingkat toksisitas rendah memerluikan dosis besar
untuk menghasilkan efek keracunan dan bahankimia yang sangat toksik biasanya
memerlukan dosis kecil untuk menghasilkan efek keracunan.
Salah
satu cara untuk lebih memudahkan pengertian hubungan dosis respon adalah menggunakan
LD50. Istilah LD50 pertama kali diperkenalkan sebagai indeks oleh Trevan pada
tahun1927. Pengertian LD50 secara statistik merupakan dosis tunggal derivat
suatu bahan tertentu pada ujitoksisitas yang pada kondisi tertentu pula dapat
menyebabkan kematian 50% dari populasi uji (hewan percobaan). Sebagai contoh:
ditemukan suatu senyawa kimia baru dan untuk mengetahui efek toksiknya
digunakan LD50. Jumlah hewan percobaan paling sedikit 10 ekor untuk tiap dosis
dengan rentang.
Suatu
variasi dari LD50 adalah LC50 yaitu konsentrasi bahan yang menyebabkan kematian
50% organisme yang terpapar. Parameter ini sering digunakan jika suatu
organisme dipaparkan terhadap konsentrasi bahan tertentu dalam air atau udara
yang dosisnya tidak diketahui. Dalam hal ini waktupemaparan dan konsentrasi
harus dinyatakan dengan jelas.
b.
Nilai Ambang
Batas (Nab) Bahan Toksik
Penetapan
secara akurat nilai ambang batas dengan tanpa memberikan suatu efek, tergantung
pada beberapa faktor, yaitu: Ukuran sampel dan replikasi (pengulangan)
pengambilan sampel. Jumlah endpoint (titik akhir) yang diamati. Jumlah dosis
atau konsentrasi bahan toksik. Kemampuan untuk mengukur endpoint.
Keragaman intrinsik dari endpoint dalam populasi binantang percobaan. Metode
statistik yang digunakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Makasih Udah Kunjungi Blog Saya :)
"Smoga Postting ini Bermanfaat"