MACAM-MACAM PENDEKATAN
1.Pendekatan Kontekstual
Pendekatan
konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan
melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya
sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya
berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa
untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses
pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut
untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip
membelajarkan – memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa(http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).
Borko dan
Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual,guru memilih konteks
pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkan pembelajaran dengan
kehidupan nyata dan lingkungan di mana anak hidup dan berada serta dengan
budaya yang berlaku dalam masyarakatnya (http.//www.contextual.org.id).
Pemahaman, penyajian ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada
dalam materi dikaitkan dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan
kehidupan sehari-hari (Dirjen Dikdasmen, 2001: 8). Dengan memilih konteks
secara tepat, maka siswa dapat diarahkan kepada pemikiranagar tidak hanya
berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk
mengaitkan aspek-aspek yang benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka
sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas.
Dalam kelas
kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru
lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru
bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk
merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa
pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa
kata guru.
Penggunaan
pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk mengembangkan ranah
pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk mengembangkan sikap,
nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalah yang terkait dengan
kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesama teman, misalnya
melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga mengembangkan ketrampilan sosial
(social skills) (Dirjen Dikmenum, 2002:6). Lebih lanjut Schaible,
Klopher, dan Raghven,
dalam Joyce-Well (2000:172) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual melibatkan
siswa dalam masalah yang sebenarnya dalam penelitian dengan menghadapkan anak
didik pada bidang penelitian, membantu mereka mengidentifikasi masalah yang
konseptual atau metodologis dalam bidang penelitian dan mengajak mereka untuk
merancang cara dalam mengatasi masalah
2.Pendekatan Konstruktivisme
Kontruktivisme
merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual. Yaitu bahwa pendekatan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba(Suwarna,2005).
Piaget (1970),
Brunner dan Brand 1966), Dewey (1938) dan Ausubel (1963). Menurut Caprio
(1994), McBrien Brandt (1997), dan Nik Aziz (1999) kelebihan teori
konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina pengetahuan secara aktif
melalui proses saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan
pembelajaran terbaru. Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran
terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar.
Menurut teori
konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seorang akan
berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman baru.
Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat membina konsep
dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang sedia ada padanya dan proses ini dikenali sebagai accretion.
Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah selaras
dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaan atau tuning.
Seseorang juga boleh membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya
dengan menggunakan analogi, iaitu berdasarkan pengetahuan yang ada padanya.
Menurut Gagne, Yekovich, dan Yekovich (1993) konsep baru juga boleh dibina
dengan menggabungkan konsep-konsep yang sedia ada pada seseorang dan ini
dikenali sebagai parcing.
Pendekatan
konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran kerana belajar
digalakkan membina konsep sendiri dengan menghubungkaitkan perkara yang
dipelajari dengan pengetahuan yang sedia ada pada mereka. Dalam proses ini,
pelajar dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu perkara.
Kajian Sharan
dan Sachar (1992, disebut dalam Sushkin, 1999) membuktikan kumpulan pelajar
yang diajar menggunakan pendekatan konstruktivisme telah mendapat pencapaian
yang lebih tinggi dan signifikan berbanding kumpulan pelajar yang diajar
menggunakan pendekatan tradisional. Kajian Caprio (1994), Nor Aini (2002), Van
Drie dan Van Boxtel (2003), Curtis (1998), dan Lieu (1997) turut membuktikan
bahawa pendekatan konstruktivisme dapat membantu pelajar untuk mendapatkan
pemahaman dan pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan
3.Pendekatan Deduktif – Induktif
1. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif
ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal
pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses
pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah
persoalannya dan konsep dasarnya.
2. Pendekatan
Induktif
Ciri uatama
pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah menggunakan data untuk
membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian. Data yang digunakan mungkin
merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus-kasus nyata yang terjadi
dilingkungan.
Prince dan
Felder (2006) menyatakan pembelajaran tradisional adalah pembelajaran dengan
pendekatan deduktif, memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan
teori. Di bidang sain dan teknik dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik
baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus
dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama mahasiswa, dan kurang atau tidak
mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan pendekatan deduktif
menekankan pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan. Bransford (dalam
Prince dan Felder, 2006) melakukan penelitian dibidang psikologi dan neurologi.
Temuannya adalah: ”All new learning involves transfer of information based on
previous learning”, artinya semua pembelajaran baru melibatkan transfer
informasi berbasis pembelajaran sebelumnya.
Major (2006)
menyatakan dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif dimulai dengan
menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan melalui kekuatan argumen
logika. Contoh urutan pembelajaran: (1) definisi disampaikan; dan (2) memberi
contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan maksud untuk
menguji pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan.
Alternatif
pendekatan pembelajaran lainnya selain dengan pembelajaran pendekatan deduktif
adalah dengan pendekatan induktif . Beberapa contoh pembelajaran dengan
pendekatan induktif misalnya pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis
masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis kasus, dan
pembelajaran penemuan. Pembelajaran dengan pendekatan induktif dimulai dengan
melakukan pengamati terhadap hal-hal khusus dan menginterpretasikannya,
menganalisis kasus, atau memberi masalah konstekstual, siswa dibimbing memahami
konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur berdasar pengamatan siswa sendiri.
Major (2006)
berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan induktif efektif untuk
mengajarkan konsep atau generalisasi. Pembelajaran diawali dengan memberikan
contoh-contoh atau kasus khusus menuju konsep atau generalisasi. Siswa
melakukan sejumlah pengamatan yang kemudian membangun dalam suatu konsep atau
geralisasi. Siswa tidak harus memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi,
tetapi sampai pada abstraksi tersebut setelah mengamati dan menganalisis apa
yang diamati.
Dalam fase pendekatan induktif-deduktif ini
siswa diminta memecahkan soal atau masalah. Kemp (1994: 90) menyatakan ada dua
kategori yang dapat dipakai dalam membahas materi pembelajaran yaitu metode
induktif dan deduktif. Pada prinsipnya matematika bersifat deduktif. Matematika
sebagai “ilmu” hanya diterima pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif secara
sederhana dapat dikatakan pemikiran “yang berpangkal dari hal yang bersifat
umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus” Soedjadi (2000:
16). Dalam kegiatan memecahkan masalah siswa dapat terlibat berpikir dengan
dengan menggunakan pola pikir induktif, pola pikir deduktif, atau keduanya
digunakan secara bergantian. (http://rochmad-unnes.blogspot.com/2008/01/penggunaan-pola-pikir-induktif-deduktif.html)
4.Pendekatan Konsep dan Proses
1. Pendekatan
Konsep
Pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu
bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses
pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus.
Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami konsep. (http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).
2. Pendekatan
Proses
Pada pendekatan
proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam
keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan,
dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan
dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan
langsung siswa dalam kegiatan belajar. (http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).
Dalam
pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang pada setiap
proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama, proses mengalami. Pendidikan
harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi peserta didik. Dengan
proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian integral dari diri
peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman yang disodorkan untuk
diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri. Dengan demikian, pendidikan
mengejawantah dalam diri peserta didik dalam setiap proses pendidikan yang
dialaminya (http://groups.yahoo.com/group/sd-islam/message/1907).
5.Pendekatan Sains, Tekhnologi dan Masyarakat
National
Science Teachers Association (NSTA) (1990 :1)memandang STM sebagai the
teaching and learning of science in thecontext of human experience. STM
dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks
pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatakan
kreativitas,
sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan
sehari-hari.Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE(2006:1)
bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach whichreflects the
widespread realization that in order to meet the increasingdemands of a
technical society, education must integrate acrossdisciplines. Dengan
demikian, pembelajaran dengan pendekatan STMharuslah diselenggarakan dengan
cara mengintegrasikan berbagaidisiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai
hubungan yangterjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti
bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi
masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap
hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalampengembangan
pembelajaran di era sekarang ini.
Pandangan
tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006: 1), bahwa STM
merupakan an interdisciplinery field of study that seeks to explore a
understand the many ways that scinence and technology shape culture, values,
and institution, and how such factors shape science and technology. STM
dengandemikian adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui
bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di
masyarakat, dan bagaimana situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains
dan teknologi.
Hasil
penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA ) ( dalam
Poedjiadi, 2000 ) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan
pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara
biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran,
kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini
guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih
lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM
ini tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan
pada masalah yang ditemukan sehari – hari, yang dalam pemecahannya menggunakan
langkah – langkah ilmia.
hhttp://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).
6. Pendekatan Inkuiri
Penggunaan
pendekatan inkuiri berarti membelajarkan siswa untuk mengendalikan situasi yang
dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik yaitu dengan menggunakan teknik
yang digunakan oleh para ahli peneliti ( Dettrick, G.W., 2001 ). Pendekatan
inkuiri dibedakan menjadi inkuiri terpempin dan inkuiri bebas atau inkuiri
terbuka. Perbedaan antara keduanya terletak pada siapa yang mengajukan
pertanyaan dan apa tujuan dari kegiatannya.
7.Pendekatan Penemuan
Penggunaan
pendekatan penemuan berarti dalam kegiatan belajar mengajar siswa diberi
kesempatan untuk menemukan sendiri fakta dan konsep tentang fenomena ilmiah.
Penemuan tidak terbatas pada menemukan sesuatu yang benar – benar baru. Pada
umumnya materi yang akan dipelajari sudah ditentukan oleh guru, demikian pula
situasi yang menunjang proses pemahaman tersebut. Siswa akan melakukan kegiatan
yang secara langsung berhubungan dengan hal yang akan ditemukan.
8.Pendekatan Interaktif (Pendekatan Pertanyaan Anak)
Pendekatan ini
memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan untuk kemudian
melakukan penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang mereka ajukan (
Faire & Cosgrove, 1988 dalam Herlen W, 1996 ). Pertanyaan yang diiajukn
siswa sangat bervariasi sehingga guru perlu melakukan langkah – langkah
mengumpulkan, memilih, dan mengubah pertanyaan tersebut menjadi suatu kegiatan
yang spesifik.
9.Pendekatan pemecahan Masalah
Pendekatan
pemecahan masalah berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui
praktikum atau pengamatan. Dalam pendekatan ini ada dua versi. Versi pertama
siswa dapat menerima saran tentang prosedur yang digunakan, cara mengumpulkan
data, menyusun data, dan menyusun serangkaian pertanyaan yang mengarah ke
pemecahan masalah. Versi kedua, hanya masalah yang dimunculkan, siswa yang
merancang pemecahannya sendiri. Guru berperan hanya dalam menyediakan bahan dan
membantu memberi petunjuk.
10.Pendekatan Terpadu
Pendekatan ini
merupakan pendekatan yang intinya memadukan dua unsur atau lebih dalam suatu
kegiatan pembelajaran. Pemaduan dilakukan dengan menekankan pada prinsip
keterkaitan antar satu unsur dengan unsur lain, sehingga diharapkan terjadi
peningkatan pemahaman yang lebih bermakna dan peningkatan wawasan karena satu
pembelajaran melibatkan lebih dari satu cara pandang.
Pendekatan
terpadu dapat diimplementasikan dalam berbagai model pembelajaran. Di
Indonesia, khususnya di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pemdekatan
terpadu yang sedang berkembang yaitu model keterhubungan, model jaring laba –
laba, model keterpaduan.
A. RAGAM MODEL PEMBELAJARAN
(KIMIA)
1.
Model
Pembelajaran Langsung
Model
pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar
siswa berkenaan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Pembelajaran
langsung tidak sama dengan metode ceramah, tetapi ceramah dan resitasi
(mengecek pemahaman dengan tanya jawab) berhubungan erat dengan model
pembelajaran langsung.
Pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada analisis tugas. Pembelajaran langsung berpusat pada guru, tetapi harus tetap menjamin keterlibatan siswa. Jadi lingkungan belajar harus diciptakan yang berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan kepada siswa.
Pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada analisis tugas. Pembelajaran langsung berpusat pada guru, tetapi harus tetap menjamin keterlibatan siswa. Jadi lingkungan belajar harus diciptakan yang berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan kepada siswa.
Ciri-ciri pembelajaran
langsung :
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendunkung berlangsung dan berhasilnya pembelajaran.
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendunkung berlangsung dan berhasilnya pembelajaran.
Pada
model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang penting. Pada awal
pembelajaran guru menjelaskan tujuan, latar belakang pembelajaran, dan juga
menyiapkan siswa untuk memasuki materi baru dengan mengingatkan kembali pada
hasil belajar yang telah dimiliki siswa yang relevan dengan materi yang akan
dipelajari (apersepsi).
Fase
ini dilakukan untuk memberi motivasi pada siswa untuk berperan penuh pada
proses pembelajaran.Setelah itu dilanjutkan dengan presentasi materi ajar atau
demonstrasi mengenai ketrampilan tertentu. Pada fase mendemonstrasikan
pengetahuan, hendaknya guru memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada
siswa, sehingga akan memberi dampak yang positif terhadap proses belajar siswa.
Kemudian
guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan latihan dan memberi umpan
balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk
menerapkan pengetahuan atau keterampilan yasng telah dipelajarinya dalam
kehidupan nyata.
2.
Model
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama,
yakni kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuik
mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran
kooperatif adalah utnuk membangkitkan interaksi yang efektif diantara anggota
kelompok melalui diskusi. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran
berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran, berdiskusi untuk memecahkan
masalah (tugas). Dengan interaksi yang efektif dimungkinkan semua kelompok
dapat menguasai materi pada tingkat yang relatif sejajar.
§ Ciri-ciri
pembelajaran kooperatif.
Menurut Stahl (1994) dalam bukunya Ismail (2003), ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah:
1). belajar dengan teman
2). tatap muka antar teman
3). mendengarkan antar anggota
4). belajar dari teman sendiri dalam kelompok
5). belajar dalam kelompok kecil
6). produktif berbicara atau mengemukakanpendapat/gagasan
7). siswa membuat keputusan, dan
8). siswa aktif
Sedangkan menurut Johnson
(1984) belajar kooperatif mempunyai ciri-ciri:
1). saling ketergantungan yang positif
2). dapat dipertanggungjawabkan secara individu
3). heterogin
4). berbagi kepepimpinan
5). berbagi tanggungjawab
6). ditekankan pada tugas dan kebersamaan
7). mempunyai keterampilan dalam berhubungan sosial
8). guru mengamati, dan
9). efektivitas tergantung pada kelompok
1). saling ketergantungan yang positif
2). dapat dipertanggungjawabkan secara individu
3). heterogin
4). berbagi kepepimpinan
5). berbagi tanggungjawab
6). ditekankan pada tugas dan kebersamaan
7). mempunyai keterampilan dalam berhubungan sosial
8). guru mengamati, dan
9). efektivitas tergantung pada kelompok
Dengan
demikian dapat diringkas bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
1) Siswa
belajar dalam kelompok, produktif mendengar, mengemukakan pendapat, dan membuat
keputusan secara bersama.
2) Kelompok
siswa terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan
rendah.
3) Jika
dalam kelas terdapat siswa- siswa yang terdiri dari berbagai ras, suku, agama,
budaya, dan jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam setiap
kelompok pun terdapat ras, suku, agama, dan jenis kelamin yang berbeda pula.
4) Penghargaan
lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada kerja perorangan.
Proses pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif dimulai dengan membagi siswa menjadi kelompok-kelompok
kecil (3 – 5 siswa per kelompok). Setiap siswa ditempatkan di dalam kelas
sedemikian rupa sehingga antara anggota kelompok dapat belajar dan berdiskusi
dengan baik tanpa mengganggu kelompok yang lain. Guru membagi materi pelajaran,
baik berupa lembar kerja siswa, buku, atau penugasan. Selanjutnya guru
menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberikan pengarahan
tenatng materi yang harus dipelajari dan permasalahan-permasalahan yang harus
diselesaikan. Siswa secara sindiri-sendiri mempelajari materi pelajaran, dan
jika ada kesulitan mereka saling berdiskusi dengan teman-temannya dalam
kelompok. Untuk menguasai materi pelajaran atau menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan, setiap siswa dalam kelompok ikut bertanggungjawab secara bersama,
yakni dengan cara berdiskusi, saling tukar ide/gagasan, pengetahuan dan
pengalaman, demi tercapainya tujuan pembelajaran secara bersama-bersama. Evaluasi
dilakukan berdasarkan pencapaian hasil belajar komulatif dalam kelompok.
Kemampuan atau prestasi setiap anggota kelompok sangat menentukan hasil
pencapaian belajar kelompok. Untuk itu penguasaan materi pelajaran setiap siswa
sangat ditekankan dalam pembelajaran kooperatif.
Guru melakukan pemantauan terhadap
kegiatan belajar siswa, mengarahkan keterampilan kerjasama, dan memberikan
bantuan pada saat diperlukan.
Aktifitas belajar berpusat pada siswa, guru hanya berfungsi sebagai fasilitator dan dinamisator. Dengan model pembelajaran kooperatif diharapkan siswa dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal dengan cara berpikir aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran.
Aktifitas belajar berpusat pada siswa, guru hanya berfungsi sebagai fasilitator dan dinamisator. Dengan model pembelajaran kooperatif diharapkan siswa dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal dengan cara berpikir aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran.
§ Tujuan
Pembelajaran Kooperatif
Pengelolaan
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, paling tidak ada tiga tujuan
yang ingin dicapai, yaitu :
a. Hasil
belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dlam membantu siswa yang sulit.
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dlam membantu siswa yang sulit.
b. Pengakuan
adanya keragaman
Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan ras, suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan ras, suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
c. Pengembangan
keterampilan sosial
Model Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif antara lain adalah : berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.
Model Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif antara lain adalah : berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.
Dalam
model pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama, yang dimulai dengan
langkah guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar,
hingga diakhiri dengan langkah memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha
kelompok maupun individu.
Selanjutnya langkah - langkah pembelajaran kooperatif dari awal hingga akhir dapat dilihat pada tabel berikut.
Selanjutnya langkah - langkah pembelajaran kooperatif dari awal hingga akhir dapat dilihat pada tabel berikut.
§ Langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif.
1. Fase
2. Indikator
3. Kegiatan
guru
o Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif
o Menyajikan
informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan cara demonstrasikan atau lewat bahan bacaan
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan cara demonstrasikan atau lewat bahan bacaan
o Mengorganisasikan
siswa dalam kelompok-kelompok
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok sbelajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok sbelajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
o Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas-tugas
Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas-tugas
o Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari dan juga terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari dan juga terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok
o Memberi
penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok
Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok
Apabila diperhatikan langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif diatas maka tampak bahwa proses demokrasi dan
peran aktif siswa di kelas sangat menonjol dibandingkan dengan model
pembelajaran yang lain.
3.
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Ciri-ciri utama pembelajaran berdasarkan masalah adalah meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan keterkaitan antar disiplin. Penyelidikan autentik, kerjasama, dan menghasilkan karya dan peragaan. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
Ciri-ciri utama pembelajaran berdasarkan masalah adalah meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan keterkaitan antar disiplin. Penyelidikan autentik, kerjasama, dan menghasilkan karya dan peragaan. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
Pembelajaran
berdasarkan masalah bertujuan :
1). Membantu siswa mengembangkan
keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah
2). Belajar peranan orang dewasa yang autentik
3). Menjadi pemelajar yang mandiri
2). Belajar peranan orang dewasa yang autentik
3). Menjadi pemelajar yang mandiri
Pada
model pembelajaran berdasarkan masalah terdapat lima tahap utama yang dimulai
dengan tahap memperkenalkan siswa dengan suatu masalah dan diakhiri dengan
tahap penyajian dan analisis hasil kerja siswa.
Kelima langkah dari model pembelajaran berdasarkan masalah dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Kelima langkah dari model pembelajaran berdasarkan masalah dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Langkah-langkah
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
o Fase
o Indikator
o Kegiatan
Guru
1. Orientasi
siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif dan kreatif dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif dan kreatif dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya
2. Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4. Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiuapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiuapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
5. Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
B.
MACAM-MACAM
METODE PEMBELAJARAN (KIMIA)
1.
METODE
CERAMAH
Metode
ceramah adalah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti
secara pasif. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang
paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam
mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya
beli dan paham siswa.Metode ceramah ini dapat diklasifikasikan sebagai metode
tradisional atau konvensional. Dalam metode ceramah, guru menerangkan dan murid
mendengarkan informasi yang disampaikan oleh sang guru. Selesai, habis perkara.
Namun demikian, metode ceramah yang lebih bagus dapat menggunakan alat peraga
untuk menjelaskan, berupa gambar atau grafik yang digunakan untuk lebih
memperjelas informasi.Dalam pengajaran yang menggunakan metode ceramah terdapat
unsur paksaan. Dalam hal ini siswa hanya diharuskan melihat dan mendengar serta
mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru yang selalu dianggap benar
itu. Padahal dalam diri siswa terdapat mekanisme psikologis yang
memungkinkannya untuk menolak disamping menerima informasi dari guru. Inilah
yang disebut kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan diri.
Beberapa kelemahan metode
ceramah adalah :
o Membuat
siswa pasif
o Mengandung
unsur paksaan kepada siswa
o Mengandung
daya kritis siswa
o Anak
didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang
lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
o Sukar
mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
o Kegiatan
pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
o Bila
terlalu lama membosankan
Beberapa
kelebihan metode ceramah adalah :
a. Guru mudah menguasai kelas.
b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d. Mudah dilaksanakan
sumber : Eka Gunawan( dalam web http://nilaeka.blogspot.com)
a. Guru mudah menguasai kelas.
b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d. Mudah dilaksanakan
sumber : Eka Gunawan( dalam web http://nilaeka.blogspot.com)
2.
METODE
TANYA JAWAB
Metode
pembelajaran tanya jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan
mengahasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi
tersebut. Metode tanya jawab akan menjadi efektif bila materi yang menjadi
topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi.
Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan
yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan
dengan banyak kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara yang
menarik.Metode tanya jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. Dengan
mengajukan pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam mengembangkan
daya pikir. Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok –
pokok pikirannya dapat terdeteksi ketika menjawab pertanyaan. Metode ini dapat
menjadi pendorong bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut pada
berbagai sumber belajar. Metode ini akan lebih efektif dalam mencapai tujuan
apabila sebelum proses pembelajaran siswa ditugasi membaca materi yang akan
dibahas.
Dalam
metode tanya jawab, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa
menjawabnya, atau sebaliknya siswa bertanya guru menjelaskan. Dalam proses
tanya jawab, terjadilah interaksi dua arah. Guru yang demokratis tidak akan
menjawabnya sendiri, tetapi akan melemparkan pertanyaan dari siswa kepada siswa
atau kelompok lainnya tanpa merasa khawatir dinilai tidak dapat menjawab
pertanyaan itu. Dengan dengan metode tanya jawab tidak hanya terjadi interaksi
dua arah tetapi juga banyak arahMetode Tanya jawab memiliki kelebihan dan
kelemahan yakni Metode ini dapat digunakan untuk memberikan pemahaman yang
lebih mendalam dan luas kepada peserta didik, namun dalam situasi tertentu
sulit untuk digunakan dalam kelas yang terlalu besar.
3.
METODE
DISKUSI
Metode
diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi
melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang
pemecahannya sangat terbuka. Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa
bila diskusi itu melibatkan semua anggota diskusi dan menghasilkan suatu
pemecahan masalah. Jika metoda ini dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk
terlibat dalam forum ini sangat tinggi. Tata caranya adalah sebagai berikut:
harus ada pimpinan diskusi, topik yang menjadi bahan diskusi harus jelas dan
menarik, peserta diskusi dapat menerima dan memberi, dan suasana diskusi tanpa
tekanan.
Sumber: Wijaya
Kusumah (dalam web http://public.compasiana)
4.
METODE
DEMONSTRASI
Metode
demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian,
aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun
melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau
materi yang sedang disajikan.Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok
adalah papan tulis dan white board, mengingat fungsinya yang multi proses.
Dengan menggunakan papan tulis guru dan siswa dapat menggambarkan objek,
membuat skema, membuat hitungan matematika, dan lain – lain peragaan konsep serta
fakta yang memungkinkan.
Pada
metode demonstrasi diperlihatkan suatu proses kejadian atau cara kerja suatu
alat kepada siswa. Peragaan suatu proses dapat dilakukan oleh gu-ru sendiri,
dibantu beberapa siswa, atau dilakukan oleh sekelompok siswa. Pada pelaksanaannya
metode ini tidak hanya memperlihatkan sesuatu sekedar untuk dilihat, tetapi
banyak dipergunakan untuk mengembangkan suatu pengertian, mengemukakan suatu
masalah, memperlihatkan penggunaan suatu prinsip, menguji kebenaran suatu hukum
yang diperoleh secara teoretis dan untuk memperkuat suatu pengertian. Metode
ini dapat membuat pelajaran menjadi lebih jelas dan konkrit, sehingga
diharapkan dapat difahami secara lebih mendalam dan bertahan lama dalam pikiran
siswa. Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum metode ini dilakukan di
antaranya: materi yang didemonstrasikan harus diujicoba terlebih dahulu, tujuan
yang ingin dicapai harus ditetapkan dengan jelas serta demonstrasi yang
dilakukan harus dapat dilihat dengan jelas oleh semua siswa.
Kelebihan
metode demonstrasi sebagai berikut
1.
Membantu anak didik memahami
dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda
2.
Memudahkan berbagai jenis
penjelasan .
Kelemahan
metode demonstrasi sebagai berikut :
1.
Anak didik terkadang sukar
melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
2.
Tidaksemuabendadapatdidemonstrasikan
3.
Sukar dimengerti bila
didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan
Sumber: Eka Gunawan
(dalam web http://nilaeka.blogspot.com)
5.
METODE KARYA WISATA
Metode
karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh
pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan
peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian
dibukukan. Lingkungan dan masyarakatnya dapat digunakan untuk area belajar
siswa, jadi siswa tidak hanya belajar di dalam kelas. Melaksanakan karyawisata
adalah suatu cara untuk memperluas pengalaman siswa, berupa kunjungan yang direncanakan
ke suatu objek untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memperoleh informasi
yang diperlukan.
Suatu
karyawisata akan berhasil mencapai tujuan yang diharapkan apabila guru
mempersiapkan sebaik-baiknya. Untuk itu guru perlu mengetahui apa yang akan
dilihat siswa dan informasi apa yang akan didapat. Jika memungkinkan guru
sebaiknya mengadakan survey awal ke objek karyawisata yang akan dikunjungi,
untuk mendapatkan informasi seperlunya mengenai hal-hal yang dapat dimanfaatkan
siswa untuk dipelajari. Setelah itu guru mengadakan perencanaan pengaturan
waktu, jumlah siswa yang akan diikutsertakan, peralatan yang diperlukan, serta
bentuk tugas yang diberikan ketika siswa melaksanakan karyawisata. Bentuk tugas
tersebut dapat diperuntukkan bagi individual ataupun kelompok. Hasil dari
pelaksanaan karyawisata selain dilaporkan dalam bentuk karya tulis, sebaiknya
dibahas dalam diskusi kelas sehingga menghasilkan suatu persepsi yang benar
dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Persepsi tersebut terutama
merupakan materi penunjang yang dapat memperluas wa-wasan siswa terkait dengan
konten dalam materi pembelajaran
Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :
Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :
1.
Karyawisata menerapkan
prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
2.
Membuat bahan yang
dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang
ada di masyarakat.
3.
Pengajaran dapat lebih
merangsang kreativitas anak.
Kekurangan metode
karyawisata sebagai berikut :
1.
Memerlukan persiapan yang melibatkan
banyak pihak.
2.
Memerlukan perencanaan
dengan persiapan yang matang.
3.
Dalam karyawisata sering
unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur
studinya terabaikan.
4.
Memerlukan pengawasan yang
lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
5.
Biayanya cukup mahal.
6.
Memerlukan tanggung jawab
guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik,
terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.
6.
METODE PENUGASAN
Metode
penugasan adalah metode dimana guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan
kegiatan belajar. Metode ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, meransang
untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan
membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi dalam metode
ini sulit mengawasi mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri.
Pembelajaran menggunakan metode penugasan berarti guru memberi tugas tertentu
agar siswa melakukan kegiatan belajar secara mandiri. Belajar mandiri ini dapat
dilakukan secara individual maupun kelompok. Selain ke-mandirian, metode ini
juga merangsang siswa untuk belajar lebih banyak dari berbagai sumber, membina
disiplin dan tanggung jawab siswa, serta membi-na kebiasaan mencari dan
mengolah sendiri informasi.
Pemberian
tugas yang dilakukan guru harus terdeskripsikan dengan jelas dan terevaluasi
dengan benar. Setelah tugas dievaluasi, guru dituntut untuk memberikan timbal
balik yang dapat memperbaiki pemahaman ataupun cara penyelesaian masalah yang
dimiliki siswa. Apabila tugas harus diselesaikan secara berkelompok, sebaiknya
guru juga mendeskripsikan tugas untuk anggota kelompok agar terhindar adanya
siswa yang tidak turut ambil bagian dalam pelaksanaan tugas kelompok. Dengan
metode pemberian tugas, sumber belajar bagi siswa tidak hanya berasal dari
guru. Selain itu sumber belajar, khususnya berupa buku pegangan seharusnya
dioptimalkan penggunaannya oleh siswa untuk belajar mandiri melalui tugas
belajar yang dikontrol oleh guru.
7.METODE
EKSPERIMEN LAB
Mempelajari
IPA kurang dapat berhasil bila tidak ditunjang dengan kegiatan percobaan di
laboratorium. Laboratorium IPA tidak hanya sebatas ruangan khusus yang dibatasi
dinding, tetapi dapat lebih luas mencakup laboratorium terbuka berupa alam
semesta. Dalam proses pembelajaran dengan me-tode ini siswa diberi kesempatan
untuk mengalami atau melakukan percoba-an sendiri baik secara individual maupun
kelompok kecil.
Ada
dua istilah berbeda yang sering digunakan berkaitan dengan metode eksperimen
ini, yaitu praktikum (practical work) dan eksperimen. Praktikum lebih cenderung
untuk membangun keterampilan menggunakan alat-alat IPA atau mempraktikkan suatu
teknik/prosedur tertentu. Sedangkan eksperi-men bertujuan untuk
mengetahui/menyelidiki sesuatu yang baru menggunakan alat-alat sains tertentu.
Baik praktikum maupun eksperimen memegang peranan yang penting dalam pendidikan
sains, karena dapat memberikan latihan metode dan sikap ilmiah bagi siswa.
Dalam menyusun petunjuk praktikum/eksperimen, guru harus dapat menyajikan
lembar kerja siswa (LKS) yang mengajak siswa berpikir dalam me-laksanakan tugas
prakteknya. Perlu dihindarkan LKS yang berbentuk cookbook, yang petunjuknya
begitu lengkap sehingga siswa hanya bekerja seperti mesin dan tidak ada peluang
untuk melatih kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak yang ilmiah dan
Kelebihan
metode percobaan sebagai berikut :
1. Metode
ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
2. Anak
didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi)
tentang ilmu dan teknologi.
3. Dengan
metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan- terobosan baru
dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi
kesejahteraan hidup manusia.
Kekurangan metode percobaan
sebagai berikut :
1.
Tidak cukupnya alat-alat
mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen.
2.
Jika eksperimen memerlukan
jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
3.
Metode ini lebih sesuai
untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi
7.
METODE BERMAIN PERAN
Pembelajaran
dengan metode bermain peran adalah pembelajaran dengan cara seolah – olah
berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu
konsep. Dalam metode ini siswa berkesempatanm terlibat secara aktif sehingga
akan lebih memahami konsep dan lebih lama mengingat, tetapi memerlukan waktu
lama, metode lebih menekankan pada pelaksanaan kegiatan, sedangkan pendekatan
ditekankan pada perencanaannya. Ada lima hal yang perlu diperhatikan guru dalam
memilih suatu metode mengajar yaitu: :
a. Kemampuan
guru dalam menggunakan metode
b. Tujuan
pengajaran yang akan dicapai
c. Bahan
pengajaran yang perlu dipelajari siswa.
d. Perbedaan
individual dalam memanfaatkan inderanya.
e. Sarana
dan prasarana yang ada di sekolah.
C. MACAM-MACAM
TEKNIK PEMBELAJARAN (KIMIA)
Peningkatan
optimalisasinya komunikasi antara lain dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam
menguasai berbagai teknik dalam pembelajaran yang menyatu dalam setiap
metode.Berikut ini diuraikan beberapa yeknik untuk meningkatkan efektifitas
pembelajaran.
1. TEKNIK
MENJELASKAN
Menjelaskan
merupakan salah satu bagian penting dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Karena itu teknik ini sangat perlu dikuasai guru, namun dengan guru senantiasa
membatasi diri agar tidak terjebak ke ceramah murni yang menghilangkan peranan
siswa kecuali hanya mendengarkan atau bahkan hanya mendengar yang dikemukakan
guru. Beberapa hal yang penting adalah:
1. Gunakan
bahasa yang sederhana, jelas dan mudah dimengerti serta komunikatif.
2. Ucapan
hendaknya terdengar dengan jelas, lengkap, tertentu, dan dengan intonasi yang
tepat bahkan disiapkan dengan sistematis mengarah ketujuan.
3. Penampilan
hendaknya menarik diselingi dengan gerak dan humor sehat.
4. Adakan
variasi atau selingan dengan metode lain, misalnya tanya jawab menggunakan alat
bantu seperti lembar praga(chart).
2.
TEKNIK
BERTANYA
Ada pepatah dalam pengajaran
“Questioning is the heart of teaching”
artinya “Pertanyaan adalah jantungnya pengajaran”. Kalau demikian,
pengajaran tanpa bertanya adalah pengajaran yang gersang. Untuk menggunakan
tanya-jawab, perlu diketahui tujuan mengajukan pertanyaan, jenis dan tingkat
pertanyaan, serta teknik mengajukan pertanyaan.
D. Tujuan
mengajukan pertanyaan antara lain: memotivasi siswa, menyegarkan apresiasi
siswa, memulai diskusi, mendorong siswa agar berfikir, mengarahkan perhatian
siswa, menggalakkan penyelidikan dan masih banyak lagi yang bisa meningkatkan
belajar siswa.
E. Jenis
dan tingkat pertanyaan
Ditinjau
dari jawabannya, pertanyaan dibedakan atas pertanyaan tertutup (bersifat
konvergen) dan pertanyaan terbuka (bersifat divergen). Pertanyaan tertutup
adalah pertanyaan yang jawabannya tertentu. Pertanyaan terbuka diharapkan lebih
banyak dikembangkan.
Ditinjau
dari jenjang kemampuan, pertanyaan dibedakan atas pertanyaan tingkat rendah dan
pertanyaan tingkat tinggi. Pertanyaan tingkat rendah adalah pertanyaan yang
hanya mengukur ingatan saja. Pertanyaan
tingkat tinggi adalah pertanyaan yang setidak-tidaknya menuntut pemahaman atau
pemikiran siswa dan inilah yang diharapkan lebih dikembangkan.
3.
TEKNIK
DISKUSI
Ada
diskusi kelas yang dipimpin oleh guru atau salah seorang siswa; ada diskusi
kelompok pasangan (dua anggota), diskusi kelompok (3-6 anggota), dan ada
diskusi dinamika kelompok, yaitu mulai dari 2orang kemudian setiap 2 kelompok
dari 2 orang tadi, bergabung menjadi 4 orang, kemudian setiap 2 kelompok dari
4 orang tadi bergabung menjadi 8 orang.
Pada setiap diskusi diakhiri dengan pelaporan hasil diskusi dalam sidang pleno.
Teknik diskusi perlu dikembangkan sebagai salah satu bentuk kegiatan yang
menunjang pada keterampilan hidup (life skill) yang berkaitan sebagai kemampuan
umum yang harus dimiliki setiap warga masyarakat.
F. MACAM-MACAM SETRATEGI
PEMBELAJARAN
Dalam
bidang pendidikan, setrategi akrab dipergunakan sebagai setrategi pembelajaran
(teaching setrategy). Dalam hal ini,
setrategi berarti sebagai keseluruhan pola kegiatan pembelajaran yang berurutan
yang diterapkan yang diarahkan untuk mencapai tujuan dalam bentuk hasil belajar
peserta didik ( Costa, 1985). Sedangkan menurut Dick & Carey (1985) setrategi
pembelajaran adalah seperangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan
secara bersama-sama untuk merangsang terjadinya kegiatan belajar dan
menimbulkan hasil belajar pada peserta didik. Berdasarkan kedua pengertian
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa setrategi pembelajaran merupakan suatu
rencana pembelajaran yang dirancang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
memilih pendekatan, metode, materi, media dan sarana pendukung pembelajaran
yang relevan dan berperan dalam memfasilitasi peserta didik untuk mencapai
hasil belajar yang optimal.
Wena
(2007) menyatakan ada tiga jenis setrategi terkait dengan pembelajaran yakni;
1. Setrategi
pengorganisasian (organizational
strategy)
Setrategi ini mencakup cara
yang ditempuh untuk membuat urutan materi atau isi pelajaran dan cara
mensitesis isi pelajaran untuk menunjukkkan hubungan atau keterkaitan antara
fakta, konsep, prosedur dan prinsip terkait isi suatu bidang studi.
2. Setrategi
penyampaian (delivery strategy)
Setrategi ini merupakan
keseluruhan perencanaan model, metode, teknik, dan taktik yang dipakai untuk
menyajikan materi pelajaran sekaligus menerima dan merespons prilaku peserta didik dalam proses belajar
dan pembelajaran.
3. Setrategi
pengelolaan
Setrategi ini merupakan
unsur metode yang berurusan dengan cara guru menata interaksi antara peserta
didik dengan unsur pembelajaran lainnya.
Berdasarkan
peranan guru dan peserta didik dalam mengolah pesan, setrategi pembelajaran dibedakan
menjadi:
a. Setrategi
ekspositorik
Merupakan setrategi
pembelajaran yang lebih berpusat pada guru dalam artian semua pesan
pembelajaran (yang diharapkan untuk dikuasai oleh peserta didik) telah diolah
dalam bentuk jadi oleh guru dan selanjutnya disampaikan oleh peserta didik.
Guru aktif menyajikan informasi tentang bahan pelajaran atau menjelaskan materi
pelajaran secara rinci sedikit demi sedikit dengan tujuan utama untuk
menstransfer pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada peserta didik.
Peran guru dalam setrategi pembelajaran ini adalah: sebagai penyusun program
pembelajaran, pemberi informasi yang benar, penyedia fasilitas, pembimbing
peserta didik dalam memperoleh informasi, dan penilai pemeroleh informasi,
sementara peserta didik lebih berperan sebagai penerima pesan belajar, pemakai
media atau sumber belajar,dan menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapkan
kepadanya.
b. Setrategi
heuristik
Merupakan setrategi
pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses
pencapaian tujuan pembelajaran. Setrategi ini lebih berorientasi pada aktivitas
belajar peserta didik (student-centred)
dan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual seperti berfikir kritis
dan menyelesaikan masalah. Dalam inplementasi setrategi heuristik, peranan guru
antara lain ialah : a). menciptakan suasana kondusif agar peserta didik dapat
mengembangkan kemampuanberfikir tingkat tinggi dan keberanian bereksplorasi
untuk mencari solusi masalah, b). sebagai fasilitator dalam pembelajaran dan
investigasi, c). sebagai rekan diskusi
peserta didik dalam klasifikasi dan pencarian alternatif penyelesaian maslah,
d). sebagai pembimbing aktifitas belajar peserta didik. Sedangkan peserta didik
diharapkan berperan sebagai pemrakarsa perumusan masalah dan perancang prosedur
untuk mencari solusi masalah serta sebagai pengambil keputusan dalam
penyelesaian masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Makalah pelatihan
pengembangan SMU oleh Al. Krismanto ,M.Sc. 28 Juli sampai 10 agustus 2003
Dr. A.Jufri Wahab,M.Sc.2010.BELAJAR DAN PEMBELAJARAN SAINS.Lombok
Barat NTB:Arga Puji Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Makasih Udah Kunjungi Blog Saya :)
"Smoga Postting ini Bermanfaat"