Senyawa Piran dan Furan
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kimia organik dapat dikatakan jauh lebih banyak menyentuh
kehidupan sehari-hari, karena hampir semua reaksi-reaksi yang menyangkut
organisme hidup melibatkan senyawa-senyawa organik. Ahli-ahli kimia telah
demikian tinggi kemampuannya sehingga
telah dapat menciptakan zat-zat organik melalui proses sintesis yang tak
ditemukan di alam. Sudah barang tentu dalam merencanakan pembuatan atau
sintesis ini harus memerlukan pengetahuan tentang ikatan dan struktur dari
senyawa-senyawa organik.
Dalam
kehidupan kita
sehari-hari tidaklah terlepas dari senyawa organic karena ia merupakan penyusun
sebagian besar system kehidupan. Kimia organic sendiri adalah bagian dari ilmu kimia
yang mempelajari senyawa karbon. Melihat betapa banyaknya peran ilmu kimia
organic dalam kehidupan sehari-hari sehingga kimia organic menempati peran yang
penting pula dari banyak bidang studi. Sebagian besar penyusun makhluk hidup di
bumi yang tersusun atas gugus karbonil yang terdapat dalam bentuk persenyawaannya
dikenal sebagai senyawa organik. Penulisan makalah ini di latar belakang ioleh matakuliah
Kimia Organik Lanjut pada semester V yang salah satu pokok bahasannya adalahStereokimia-stereoisomer
pada senyawa siklik. Stereokimia sendiri dikenal sebagai studi mengenai molekul-molekul
dalam ruang tiga dimensi serta pengaruh dari bentuk tiga dimensi dari molekul ini
yang mempengaruhi sifat kimia dan fisik dari suatu senyawa. Stereokimia dikenal
pula sebagai kimia ruang dimana ia memiliki peran penting di dalam ilmu kimia
organic sebab bagiannya yang menjadi satu-kesatuan dari kehidupan.
B. Rumusan
Masalah :
1. Apakah pengertian dari stereoisometri dan stereokomia?
2. Bagaimana
bentuk struktur dari senyawa alena?
3. Apa yang dimaksud dengan senyawa furan dan piran?
4. Bagaimana struktur dari senyawa furan dan piran?
5. Bagaimana cara
menggambarkan proyeksi Haworth?
C. Tujuan
:
Dapat mengetahui tentang
yang berkaitan dengan stereoisomer-stereoisomer pada senyawa Alena, Furan maupun
Piran.
D. Manfaat
:
1.
Mahasiswa mengetahui pengertian streoisometri-stereokimia
2. Mahasiswa
mengetahui bentuk struktur dari senyawa alena
3.
Mahasiswa dapat mengetahui apa itu senyawa furan dan piran
4.
Mahsiswa dapat mengetahui struktur dari senyawa furan dan
piran
5. Mahasiswa
dapat mengetahui cara menggambarkan proyeksi haworth
BAB II
PEMBAHASAN
A.
STEREOISOMER
Isomer adalah molekul yang memiliki
molekul formula yang sama namun susuan 3D yang berbeda. Tidak termasuk molekul
hasil perputaran dari molekul tersebut secara penuh atau hasil rotasi
ikatan-ikatan tunggal.
Saat atom membuat berbagai macam
isomer dengan membentuk struktur yang berbeda hal ini deikenal dengan isomer
struktural. Isomer struktural bukanlah suatu bentuk dari stereoismer dan
dijelaskan lebih lanjut pada halaman lain.
Dalam stereoisomer, atom yang menghasilkan
isomer berada pada posisi yang sama namun memiliki pengaturan keruangan yang
berbeda. Stereoisomer terbagi menjadi 2 yaitu isomer optikal dan isomer
geometric.
1.
Isomer Optikal
Dinamakan isomer optikal karena efek yang terjadi pada
polarisasi sinar. Substansi sederhana yang menghasilkan isomer optikal dikenal
sebagai enansiomer.
2.
Isomer Geometrik
Isomer Geometrik (juga dikenal sebagai isomer cis / trans )
merupakan salah satu bentuk dari isomer. Halaman ini menjelaskan apa yang
dimaksud dengan stereoisomer dan bagaimana anda bisa mengetahui kemungkinan
adannya isomer geometri dari sebuah molekul.
B. STEREOISOMER PADA SENYAWA ALENA
Alkadiena
merupakan hidrokarbon tak jenuh yang mempunyai 2 buah ikatan rangkap dua dalam satu molekul. Misal: Propadiena atau alena
dengan struktur H2C=C=CH2 yang linear seolah memiliki
atom pusat divalen.
Senyawa
ini (alkadiena) tergolong ke dalam hidrokarbon alifatik tak jenuh yang
mempunyai rumus umum CnH2n-2. Cara penamaan senyawa-senyawa alkadiena sama seperti
pada alkena, alkadiena ditentukan dari rantai terpanjang yang mengandung dua
buah ikatan rangkap dua. Akhiran nama
induk –ena pada alkena,diganti akhiran untuk rantai induk alkadiena adalah
–diena.
Contoh: isomernya C3H4
(Propuna Propadiena)
Diena diklasifikasi sesuai kedudukan ikatan rangkap dua. Senyawa yang
mengandung ikatan rangkap dua berseling dengan ikatan tunggal disebut diena
terkonjugasi.
C C C
C
Struktur umum diena terkonjugasi
Bila dua ikatan rangkap dua terpisah
paling sedikit oleh satu atom karbon jenuh, senyawa disebut diena terisolasi.
C C C C C
Struktur umum diena terisolasi
Klas terakhir, senyawa yang mengandung satu atom
karbon yang mengikat dua ikatan rangkap dua karbon-karbon disebut diena
terakumulasi. Senyawa jenis ini sukar dibuat, sebagai contoh alena CH2=C=CH2
atau propadiena dan CH2=C=CH-CH3 disebut 1,2 butadiena.
C C C
Struktur
umum diena terakumulasi
Struktur dari alena
Alena adalah sebuah senyawa yang satu karbon atom memiliki ikatan ganda dengan masing-masing dua pusat
karbon yang berdekatan. Alena diklasifikasikan sebagai poliena dengan diena cumulated . Senyawa induk dari Alena adalah propadiene . Senyawa dengan struktur Alena
jenis tetapi dengan lebih dari tiga atom karbon yang disebut kumulena. Jauh
lebih reaktif daripada yang lain yang paling Alena alkena . Sebagai contoh, reaktivitas mereka dengan gas klor lebih seperti reaktivitas alkynes.
Karbon pusat Alena membentuk dua ikatan sigma dan dua ikatan pi Karbon pusat , dan dua karbon
terminal . Sudut ikatan yang dibentuk oleh tiga karbon adalah 180 °,
menunjukkan geometri linear untuk karbon dari Alena.
Atom karbon luar masing-masing
terkait dengan dua atom lain atau kelompok berdasarkan ikatan tunggal. Alena
yang diena dengan reaksi khas alkena. Dalam kondisi dasar, mereka
sering mengkonversi ke alkynes Dalam Alena, kedua ikatan ganda terletak pada
bidang yang tegak lurus satu sama lain. Akibatnya, dalam Alena dari tipe R1
R2 C: C: CR3 R4, gugus R1 dan R2
terletak pada bidang tegak lurus terhadap bidang yang mengandung R3
dan R4. Dalam keadaan ini, molekul kiral dan dapat menunjukkan
aktivitas optik.
Senyawa-senyawa pada ikatan rangkap seperti alena
memungkinkan terbentuknya isomer geometri. Setiap sepasang ikatan rangkap dua
karbon-karbon dapat membentuk isomer cis dan trans atau Z dan E, jika setiap
atom karbon alifatik tak jenuh mengikat dua substituent yang berbeda.
H H CH3 H
C=C=C C=C=C
CH3 CH3 H CH3
Z-1,3-dimetilalena E-1,3-dimetilalena
cis-1,3-dimetilalena trans-1,3-dimetilalena
C. STEREOISOMER PADA SENYAWA FURAN DAN
PIRAN
Dalam kimia, piran adalah cincin heterosiklik beranggota enam yang terdiri dari lima atom karbon dan
sebuah atom oksigen dan
mengandung dua ikatan
rangkap dua. Rumus molekulnya adalah C5H6O.
Terdapat dua isomer piran
yang berbeda tergantung pada lokasi ikatan rangkapnya. Pada 2H-piran,
karbon jenuh terdapat pada posisi 2, sedangkan pada 4H-piran, karbon
jenuhnya terdapat pada posisi 4.
Walaupun piran sendiri tidak begitu penting dalam kimia, terdapat
bermacam-macam turunan piran yang merupakan molekul biologis yang penting. 4H-Piran
dengan mudah berdisproporsionasi menjadi dihidropiran dan ion pirilium yang sangat mudah dihirolisis pada media larutan.
Istilah piran juga sering digunakan untuk analog cincin jenuh
yang lebih tepatnya dirujuk sebagaitetrahidropiran. Dalam hal ini, monosakarida yang megandung sistem cincin beranggota enam dikenal sebagai piranosa. Oleh karena itu, bentuk cincin
beranggota enam glukosa juga
dikenal sebagai D-glukopiranosa.
Piran
|
|
Nama IUPACPiran
|
|
Nama lain
2H-Piran,
4H-Piran
|
|
Identifikasi
|
|
C1=CC=CCO1 (2H)
C1=CCC=CO1 (4H) |
|
Sifat
|
|
C5H6O
|
|
82,1 g/mol
|
|
Senyawa
terkait
|
|
Senyawa terkait
|
|
Kecuali dinyatakan
sebaliknya, data di atas berlaku
pada temperatur dan tekanan standar (25°C, 100 kPa) |
Suatu monosakarida dalam
bentuk hemiasetal cincin lima anggota disebut furanosa. Furanosa diambil
dari nama furan, senyawa
heterosiklik oksigen lima anggota. Serupa dengan piranosa yaitu monosakarida dalam bentuk cincin enam anggota,
diambil dari nama piran. Istilah furanosa dan piranosa seringkali digabung dengan
nama monosakaridanya, missal D-glukopiranosa untuk cincin enam
anggota dari D-glukosa atau D-fruktofuranosa untuk cincin lima
anggota dari fruktosa.
Piran Furan
D.
BENTUK SIKLIK MONOSAKARIDA
Pentosa dan heksosa dapat membentuk
struktur siklik melalui reaksi gugus keton atau aldehida dengan gugus OH dari
atom C asimetrik terjauh. Glukosa membentuk hemiasetal intra-molekular sebagai
hasil reaksi aldehida dari C1 & OH dari atom C5, dinamakan cincin piranosa.
Sistem
cincin gula beranggota lima mendapat nama umum furanosa, yaitu berdasar eter siklik induknya, furan, sedangkan
sistem cincin gula beranggota enam di anggap sebagai turunan piran dan di sebut
piranosa.
Piran
Untuk menamai gula dalam bentuk
tertutup, buanglah ahiran –sa dari nama gula dan tambahi furanosa atau piranosa, sesuai dengan bentuk tertutupnya (cincin
beranggota lima atau emnam). Jadi, bentuk siklik dari D- fruktosa yang benar di
sebut D- fruktofuranosa dan untuk D- glukosa di namakan D- glukopiranosa.
Ø Cincin piranosa, melalui reaksi
antara gugus keton atom C2 dengan OH dari C6.
Ø Cincin furanosa, melalui reaksi
antara gugus keto atom C2 dengan OH dari C5.
Ø Bentuk
hemiasetal dapat terjadi dalam gula molekul aldosa atau ketosa yang sama dimana
karbonil fungsional bereaksi dengan salah satu gugus hidroksilnya. Hasilnya
adalah enam-anggota cincin gula yang disebut piranosa. Dalam hal ini
atom oksigen dari gugus hidroksil pada C-5 untuk bereaksi membentuk cincin, C-5
harus berotasi untuk membawa atom oksigennya ke atas/naik. Rotasi ini mem-bawa
gugus hidroksimetil (C-6) ke posisi di atas cincin. Gambar cincin
D-glukopiranosa di bawah ini menunjukkan proyeksi Haworth.
Ø Gula dapat juga
membentuk lima-anggota cincin yang disebut dengan furanosa, namun jarang
terjadi.
Ø Ketika atom
karbon dari gugus karbonil terlibat dalam formasi cincin, untuk menjadi
hemiasetal (piranosa atau furanosa), ia menjadi kiral. Dengan gula-D
konfigurasi yang memiliki gugus hidroksil di bawah cincin disebut dengan bentuk
alpha.
Ø Pembentukan cincin siklik glukosa
menghasilkan pusat asimetrik baru pada atom C1. Kedua stereoisomer disebut
anomer, α & β.
E.
PROYEKSI HAWORTH
1.
Stereokimia
bentuk siklik dari gula digambarkan dengan proyeksi Haworth
Stereokimia
bentuk siklik dari gula sering digambarkan dengan proyeksi Haworth, yaitu suatu cara baku untuk menggambrkan kedudukan
gugus hidroksil di dalam ruang. Menunnjukkan proyeksi Haworth untuk D-glukopiranosa
dan D-fruktofuranosa. Kita lihat ada dua kemungkinan untuk
masing-masing gula tersebut; ditandai dengan kata alfa dan beta.
Ada
dua bentuk yang mungkin. Karena dari bentuk rantai terbuka siklik, terjadilah
karbon asimetri baru pada karbon-1 dari aldosa dan karbon-2 pada ketosa. Dalam
proyeksi Hworth untuk D-glukopiranosa misalnya, gugus hidroksil pada
karbon-1 yang berasal dari fungsi aldehida(pada gula berantai terbuka) dapat
berada diatas (beta atau β) atau dibawah (alfa atau α) bidang cincin piranosa.
Contoh yang lainnya:
Anomer
adalah gula tang berbeda stereokimianya
hanya pada karbon hemiasetal dan hemiketal. Anomer alfa dan beta dari gula
berbentuk siklik berbeda titik lelehnya dan kemampuannya memutar cahaya terkubung-bidang.
Alfa D-glukosa melelh pada 146 0C. perbedaan ini
menunjukkan sekali lagi bahwa sekalipun kecil perubahan bentuk molekul atau
struktur, pengaruhnya pada sifat fisis molekul cukup besar.
Proyeksi
Haworth menunjukkan bentuk cincin dari gula dengan perbedaan pada posisi OH di
C1 anomerik :
α (OH di bawah struktur cincin)
β (OH di atas struktur cincin).
2.
Cara
Menggambar Proyeksi Haworth
Konversi
proyeksi Fisher rantai terbuka menjadi proyeksi Hawort rantai tertutup mudah
dilakukan untuk gula D. semua gugus hidroksil yang berada di sebelah
kiri pada proyeksi Fisher mengarahkan ke atas pada proyeksi Haworth. Gugus
hidroksil yang berada di sebelah kanan pada proyeksi Fisher mengarah ke bawah
pada proyeksi Hawoerth.
Contoh
Gambarka
proyeksi Haworth untuk α-D-glukopiranosa.
Jawaban
Langkah 1:
molekul α-D-glukopiranosa adalah bentuk siklik dari D-glukosa.
Karena itu. Kita proyeksikan D-glukosa dalam bentuk rantai terbuka.
Langkah 2:
kita gambar cincin piranosa beranggota enam dalam bentuk singkat sebagai berikut:
Langkah 3:
kita letakkan gugus CH2OH dari karbon-6 heksosa. Pada gula D,
karbon-6 selalu berada di atas bidang cincin
Langkah 4:
kita isi gugus –OH pada karbon-2,3 dan 4. Perhatikan bahwa oksigen pada
karbon-5 dari bentuk rantai sekarang berada dalam cincin dan tidak perlu
dihiraukan.gugus hidroksil di sebelah kanan pada proyeksi Fisher pergi ke bawah
bidang cincin, yang disebelah kiri pergi ke atas bidang. Hydrogen cincin
biasanya diabaikan agar jelas
Langkah 5:
kita letakkan gugus –OH pada karbon-1 (dalam hal ini alfa) di bawah bidang
cincin:
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan yaitu
sebagai berikut:
1. Isomer
pada senyawa alena yang mempunyai struktur CH2=C=CH2
hanya memiliki stereoisomer geometri E dan Z karena bentuk strukturnya yang
tidak memungkinkan untuk senyawa tersebut membentuk rotasi R dan S.
2. Piran adalah cincin heterosiklik beranggota enam yang terdiri dari lima
atom karbon dan sebuah atom oksigen dan mengandung dua ikatan rangkap dua. Rumus molekulnya adalah C5H6O.
3. Suatu monosakarida dalam
bentuk hemiasetal cincin lima anggota disebut furanosa. Furanosa diambil dari
nama furan, senyawa heterosiklik oksigen lima anggota.
4. Stereokimia
bentuk siklik dari gula sering digambarkan dengan proyeksi Haworth, yaitu suatu cara baku untuk menggambrkan kedudukan
gugus hidroksil di dalam ruang.
B. Saran
Karena makalah
ini dan kami yang menyampaikan materi penuh kekurangan, kami berharap dosen
dapat membantu agar teman-teman dapat mengerti dengan cepat.
*MpfD,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Makasih Udah Kunjungi Blog Saya :)
"Smoga Postting ini Bermanfaat"